Welcome To Puspita Catering

Sunday, December 3, 2017

Cara Mengolah Ikan Mentah

Sushi dan sashimi adalah jenis makanan yang memiliki banyak penggemar, bukan hanya di negara asalnya, Jepang, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menjamurnya restoran sushi dan sashimi di pusat-pusat perbelanjaan tak menjadi jaminan orang lebih memilih menu ikan mentah di restoran, ketimbang di rumah.
Bagi sebagian orang, membuat sushi sendiri diyakini lebih sehat dan bersih. Namun, kejadian pria di Kanada yang ketahuan memiliki cacing di perutnya karena makan sushi racikan sendiri, membuat khawatir tentang keamanan makanan ini.
Meski memiliki kadar protein dan gizi tinggi, namun bukan tanpa risiko memakan sushi yang berbahan daging mentah. Risiko paling umum dari mengonsumsi daging ikan mentah adalah menderita anisakiasis.
Anisakiasis biasanya ditandai dengan gejala sakit pada bagian abdomen atas atau perut, mual, muntah, diare, dan urtikaria atau biduran. Gejala ini dapat muncul satu hingga 12 jam setelah mengonsumsi makanan terinfeksi, rata-rata adalah enam jam.
Namun banyak kasus medis terkait permulaan anisakiasis terjadi dalam 48 jam dengan durasi gejala selama satu hingga lima hari.
Selain anisakiasis, penyakit lainnya yang diderita adalah diphyllobothriasis, yang terjadi karena infeksi cacing pita Diphyllobothrium latum. Cacing tersebut biasa ditemukan di ikan trout, salmon, pike, dan sea bass.
Meski makan ikan mentah, seperti pada sushi, terkesan menyeramkan, sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena parasit akibat ikan mentah, yakni:

1. Gunakan Ikan Laut
Ikan air asin atau ikan laut diketahui sangat sedikit yang dapat terinfeksi oleh parasit bila dibandingkan dengan ikan air tawar. Beberapa contoh ikan air laut yang dapat dikonsumsi mentah seperti ikan kod Atlantik, flounder dan tuna.

2. Wasabi
Mungkin bagi sebagian orang terdengar aneh, namun ternyata wasabi telah dipercaya dapat membunuh parasit yang bersemayam di daging ikan mentah. Wasabi mempunyai rasa pedas yang berasal dari unsur kimia bernama isotiosianat dan berfungsi sebagai antimikroba.

3. Gunakan Hasil Ternak Sendiri
Bila ingin mengonsumsi daging mentah, sangat disarankan untuk mengonsumsi daging ikan yang berasal dari hasil ternak sendiri. Hal ini karena ikan yang dibesarkan di kolam sendiri lebih memiliki kendali lingkungan dibandingkan yang ada di pembiakan ikan. Atau, gunakan hasil ikan yang menggunakan sistem organik.

4. Pilih Tuna
Tuna telah diketahui merupakan ikan yang paling sedikit mengandung parasit dalam tubuhnya. Tuna bergerak sangat cepat dan jarang hidup di daerah yang banyak parasit.

Namun tuna adalah salah satu ikan dengan kandungan timbal dan logam yang tinggi. Pilih jenis tuna yang sedikit mengandung kontaminasi logam. Batasi konsumsi tuna sesuai dengan rekomendasi yaitu 170 gram per pekan untuk orang dengan bobot 50 kilogram, dan dua kaleng per pekan untuk yang berbobot lebih.

5. Pilih Sesuai "Sashimi Grade"
Ini adalah salah satu tindakan yang paling sederhana dalam mencegah kasus terinfeksi parasit. Pilih ikan yang sudah memiliki sertifikat atau layak dijadikan sashimi. Dengan sertifikasi dan jaminan ini, setidaknya memastikan tindakan yang layak dalam menangani parasit pada ikan.

6. Pilih Ikan Muda
Di laut, semakin tua dan besar ikan, maka ia berada dalam taraf rantai konsumsi tertinggi yang memangsa ikan atau makhluk yang lebih kecil. Bila mengonsumsi ikan yang masih muda, maka kecil kemungkinan ikan tersebut adalah predator atau pemangsa ikan lainnya sehingga meminimalisir terinfeksi parasit.


No comments:

Post a Comment

Follow @shanice9s